Kendaraan roda tiga ini bisa
dibilang langka seiring berkembangnya alat transportasi di Indonesia. Makin
banyak kendaraan yang menawarkan kenyamanan dan kecepatan yang lebih baik.
Sepeda dan becak seakan jadi kendaraan yang gak gaul dan ketinggalan jaman.
Kendaraan ini mungkin mudah kita temui di tempat- tempat wisata. Apalagi becak,
kendaraan yang dijalankan dengan dikayuh ini mungkin banyak kita temui di Jogya,
atau tempat wisata lain. Kendaraan yang ramah lingkungan ini mulai punah
dimakan jaman.
Becak yang menjadi alat
transportasi andalanku sewaktu masih di SMP. Sekolah yang jauh dan hari dimana
terkadang ibuku tak bisa menjemput menyebabkanku harus naik angkot dan
diteruskan dengan duduk diatas becak selama 10 menit untuk menempuh kurang
lebih 4 km menuju istana kecilku. Saat aku masih mengenyam pedidikan di SD pun
aku sering naik becak untuk pergi kerumah nenekku. Ya., begitulah masa lalu.
Hari ini aku sekolahku libur,
lebih tepat mungkin jika aku menyebut ‘meliburkan diri’. Pukul 7 pagi aku
pulang naik angkot. dilanjutkan angkot lagi. Dan akhirnya Becak, yang sudah
lama aku tak duduk diatasnya. Di perjalanan aku mengenang masa lalu itu, saat
aku sering menghabiskan uang saku ku untuk naik becak ke rumah, saat aku
menawar ongkos pengayuh becak itu dan saat aku mulai kenal dengan pengayuh
becak yang saat ini berada dibelakangku. Aku masih ingat jelas bagaimana aku
dulu saat masih berpakaian biru putih dan rok dengan dua belahan naik becak
sendiri selama 10 menit dan memberinya uang Rp 5000,00 sebagai ongkos tenaga.
Indah memang saat kita
mengingat masa lalu. Keindahan itu ditambah dengan serangkaian burung berwarna
putih yang lewat tepat diatas kepalaku. Berbaris dengan rapi menghias langit
menuju satu arah. Tak hanya burung putih yang kutemui, tak sedikit burung hitam
yang biasanya mencuri padi disawah itu juga menyapaku. Mereka duduk rapi di
kabel listrik yang saat itu masih kencang. Inilah suasana desa yang benar-benar
merefresh pikiranku, suasana yang jarang kutemui di kota yang ramai
dengan mesin-mesin yang menderu kencang.
Hem.., duduk sepuluh menit
dikursi yang tak lagi empuk ini telah membawaku mengarungi masa lalu. Becak, si
Tiga Roda yang menampung banyak kisah.
Thanks to:
· Ibuku, yang mengenalkanku pada becak.
· Pak becak, yang setia menyediakan tenaga untuk penumpangnya.
0 comments:
Post a Comment